Bayern Munchen Sang Penentang Rezim Nazi

Ruang Diskusi
4 min readAug 28, 2020

--

Bayern Munchen merupakan klub asal Jerman yang telah meraih banyak gelar termasuk trofi ke enam Liga Champions yang baru saja mereka raih di tahun 2020. Prestasi FC Hollywood memang tidak perlu diragukan lagi, baik prestasi di level domestik ataupun internasional sudah banyak yang mereka raih. Bayern Munchen merupakan pencetak pemain-pemain bintang seperti Bastian Schweinsteiger, Philipp Lahm, Mats Hummels, Thomas Muller, hingga Toni Kroos. Pemain-pemain tersebut juga merupakan andalan untuk tim nasional Jerman di masanya, dan membawa Jerman menjadi juara dunia di Brazil pada tahun 2014.

Dibalik prestasi klub yang mentereng, mungkin banyak yang belum mengetahui. Sebelum menjadi klub yang mendominasi di Jerman, tim ini sempat merasakan pahitnya menjadi korban sebuah sistem Nazi yang saat itu berkuasa di Jerman. Pada masa ini juga yang turut membentuk kultur dan mentalitas Bayern Munchen sehingga bisa menjadi salah satu klub tersukses dan terkuat di dunia.

Sejarah “Judenklub”

Bayern Munchen didirikan di kawasan bohemian Schwabing, dan merupakan klub Yahudi sebelum perang dunia kedua, dengan presiden Yahudi dan manajer Yahudi. Akibatnya, Bayern Munchen menjadi sasaran Nazi yang saat itu selalu mengupayakan untuk dapat mendominasi dan mengontrol seluruh aspek kehidupan masyarakat. Meskipun kerap menjadi sasaran Nazi, para pemain dan ofisial terus menentang rezim dengan tindakan kecil yang berani.

Sejak 1911, Bayern dipimpin oleh Kurt Landauer, putra seorang pengusaha Yahudi kaya dan tim tersebut dilatih oleh sejumlah pelatih Yahudi, termasuk Richard Kohn “Little Dombi” dari Austria-Hongaria. Presiden Bayern Munich Kurt, Landauer lahir dari sebuah keluarga Yahudi di dekat Plannegg pada tahun 1884, dan bermain untuk klub tersebut saat berusia 18 tahun pada tahun 1901. Pada piagam pendiri klub tahun 1900, dua dari 17 penandatangan adalah orang Yahudi. Salah satunya, seniman kelahiran Dortmund, Benno Elkan, yang kemudian berpindah ke London dan menjadi pematung terkenal. Komitmen Landauer dan taktik Dombi membuat Bayern Munchen mampu mengamankan gelar liga Jerman pertama pada tahun 1932.

Ketika Nazi mulai berkuasa pada tahun 1933, Landauer dipaksa mundur dari kursi kepemimpinan Bayern Munchen. Landauer juga harus kehilangan pekerjaannya sebagai manajer periklanan surat kabar di kota Munchen. Tidak hanya sampai disitu, nasib naas kembali menimpanya pada 1938. Ia ditangkap oleh Nazi dan dikirim ke kamp konsentrasi Dachau. Beruntung, Landauer masih selamat dari pembantaian karena begitu bebas dari kamp konsentrasi, Landauer langsung melarikan diri ke Swiss.

Bayern Munchen dijuluki sebagai Judenklub dan dikenal suka menentang Nazi. Misalnya saja, pada tahun 1934, pemain Bayern terlibat perkelahian dengan militan Nazi. Bek sayap Bayern, Sigmund Haringer, menyebut parade bendera Nazi sebagai “teater anak-anak”. Kapten Bayern saat itu, Konrad Heidkamp, bersama istrinya menyembunyikan trofi Bayern Munchen, ketika klub lain memenuhi permintaan dari ReichsmarschallHerman Göring petinggi militan “Luftwaffe” Nazi untuk menyumbangkan logam sebagai modal perang.

Pertemuan Klub dengan Sang Presiden di Swiss

Tindakan pembangkangan paling simbolis terjadi di Zurich pada tahun 1943. Saat itu, Bayern dijadwalkan melakukan pertandingan uji coba menghadapi tim nasional Swiss di Zurich. Pada pertandingan uji coba tersebut tim Bayern Munchen dikawal sangat ketat oleh Nazi, dan berjaga-jaga agar tim Bayern Munchen tidak menjalin kontak dengan Landauer, presiden klub yang sangat mereka cintai.

Sebelum pertandingan, Konrad Heidkamp yang merupakan pelatih Bayern Munchen saat itu mendapatkan sebuah surat kecil yang diberikan oleh seorang pelayan hotel. Heidkamp sangat gembira ketika mengetahui bahwa pengirim surat itu adalah Landauer. Akan tetapi, belum sempat surat itu dibukanya, seseorang menepuk pundak Heidkamp dari belakang. Orang tersebut adalah anggota Gestapo (polisi rahasia Nazi). Gestapo langsung meminta Heitkamp memberikan catatan itu, karena mengetahui pengirim surat tersebut adalah Landauer dan melarang untuk melakukan kontak dengannya.

Namun Bayern tidak ingin kalah begitu saja atas represi yang dilakukan oleh Nazi. Usai laga persahabatan kontra tim nasional Swiss, para pemain Bayern berlari ke tepi lapangan. Mereka melambai-lambaikan tangan kepada mantan presiden klub mereka, Laundeuer, yang menyaksikan pertandingan itu di bangku penonton. Ini merupakan tindakan pembangkangan paling simbolis yang dilakukan tim Bayern Munchen terhadap Nazi.

Bayern memang dikenal sebagai klub yang pembangkang yang menolak tunduk pada aturan-aturan Nazi saat itu. Perlawanan-perlawanan sering mereka lakukan sampai Nazi sering dibuat frustrasi oleh mereka.

Heidkamp mengaku bangga menjadi bagian dari Bayern bukan karena prestasi yang pernah Bayern raih. Terlepas dari itu semua, Heidkamp mengaku bangga karena Bayern adalah klub yang dengan teguh menolak dan melawan dominasi Nazi yang menggencarkan doktrin anti-semitisme pada masanya.

“Saya telah menjadi penggemar Bayern sepanjang hidup saya. Rumahku hanya berjarak sepuluh menit jalan kaki menuju markas klub. Tidak sulit untuk bangga pada pencapaian Bayern, terutama saat 2013 mereka meraih treble. Tapi tak satu pun kemenangan itu membuat saya begitu bangga, melainkan karena Bayern merupakan klub yang menentang anti-semitisme Nazi,” tuturnya seperti dilansir HuffingtonPost.

Setelah Perang Dunia selesai, Landauer kembali ke Munich dan sekali lagi menjadi presiden Bayern Munchen hingga tahun 1951. Namun warisannya hilang, publikasi klub hanya menyebutkan bahwa dia harus meninggalkan Jerman “atas dasar politik-rasial” dan sama sekali tidak ada kata atau kalimat yang menyebut tentang Yahudi.

Terlepas dari segala pertimbangan teknis seperti materi pemain bintang, pelatih top, serta kekuatan finansial klub, pengalaman pahit selama di masa lalu telah membentuk kultur dan mentalitas Bayern Munchen sehingga mampu menjadi salah satu klub terkuat di Jerman dan dunia sampai saat ini. Bayern Munchen menunjukan bagaimana proses untuk menjadi klub top dunia harus memiliki semangat juang yang tinggi, mereka tidak menyerah terhadap sistem yang menindas mereka, Bayern Munchen terus menunjukan kegigihannya dan terus mencatatkan sejarah sampai tahun ini dengan kembali memenangkan trofi Liga Champions di tahun 2020.

Referensi

AS. (2016, November 29). Bayern Munich to re-examine anti-Nazi past in light of new evidence. Retrieved from AS: https://en.as.com/en/2016/10/29/football/1477761156_243357.html

Honigstein, R. (2012, Mei 12). Bayern Munich embrace anti-Nazi history after 80 years of silence. Retrieved from The Guardian: https://www.theguardian.com/football/2012/may/12/bayern-munich-anti-nazi-history

Lara, M. Á. (2016, April 27). Bayern Munich: The club that hated the Nazis. Retrieved from Marca: https://www.marca.com/en/football/international-football/2016/04/27/57209e98ca4741813a8b45a1.html

Pangestu, R. (2018, April 8). Pengalaman yang Membentuk Dominasi Bayern. Retrieved from Pandit Football: https://www.panditfootball.com/cerita/211271/RPU/180408/pengalaman-yang-membentuk-dominasi-bayern

Rehman, J. (2014, Mei 26). Soccer Club FC Bayern Munich: Too Jewish for the Nazis. Retrieved from HuffPost: https://www.huffpost.com/entry/soccer-club-fc-bayern-mun_b_5392325

--

--

Ruang Diskusi
Ruang Diskusi

Written by Ruang Diskusi

Halo Kawan Diskusi, follow juga instagram kami ya https://instagram.com/ru.dis

No responses yet