Indonesia Segera ke Luar Angkasa

Ruang Diskusi
6 min readNov 3, 2020

--

Melalui Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), tahun 2021 Indonesia mulai mencari kehidupan layak huni di luar Bumi. LAPAN mengatakan pihaknya akan melakukan penelitian untuk mendeteksi dan karakterisasi planet di luar tata surya atau exoplanet pada 2021.

Menurut Peneliti Pusat Signis Antariksa LAPAN, Rhorom Priyatikanto, penelitian itu sudah berada dalam rencana strategis penelitian LAPAN. Di mana pencarian kehidupan lain atau alien dan tempat layak huni selain Bumi masuk ke dalam rencana strategis tersebut. LAPAN juga akan memulai studi fenomena transien exoplanet yang merupakan salah satu bentuk fenomena transien.

Rhorom yakin LAPAN mampu melakukan program penelitian exoplanet mengingat beroperasinya Observatorium Nasional Timau di Nusa Tenggara Timur. Perburuan exoplanet sendiri memang telah dilakukan oleh peneliti dari berbagai negara, namun Indonesia belum memulai perburuan ini meski telah memiliki lembaga antariksa LAPAN.

Baru-baru ini, dua peneliti membuka kemungkinan soal keberadaan kehidupan di exoplanet yang mereka identifikasi. Sampai saat ini, mereka telah mengidentifikasi menemukan 1.004 deret bintang yang mungkin memiliki kehidupan.

Dana Rp 340 Miliar

Indonesia akan mulai mencari kehidupan di luar Bumi dengan membangun fasilitas observasi Observatorium Nasional di Nusa Tenggara Timur (NTT). Fasilitas tersebut dibangun bersama dengan ITB, Universitas Nusa Cendana (UNDANA), dan pemerintah daerah (pemda) setempat.

Program ini mendapat anggaran Rp 340 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kiprah Keantariksaan Indonesia di Forum Internasional

Saat ini mungkin dunia sering mendengar negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, sampai Uni Emirat Arab. Pengembangan teknologi yang berkaitan dengan keantariksaan memang dikenal cukup rumit dan membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal itu yang membuat hanya sedikit negara yang memiliki kebijakan dalam pengembangan teknologi keantariksaan.

Seiring berjalannya waktu, ketertarikan negara-negara untuk mengembangkan teknologi keantariksaan mulai meningkat, salah satunya Indonesia. Melihat kiprah Indonesia di bidang keantariksaan memang masih belum dikenal luas. Namun hal tersebut tidak membuat Indonesia berkecil hati untuk ikut berpartisipasi dalam forum internasional.

Indonesia memiliki LAPAN yang tidak hanya mengembangkan teknologi antariksa di dalam negeri, tetapi juga memperjuangkan beberapa kepentingan nasional di forum internasional. Indonesia sudah beberapa kali diundang sebagai narasumber untuk mewakili negara-negara yang baru berkembang dari segi kemampuan teknologi keantariksaannya. Kemampuan Indonesia untuk membuat beberapa satelit dan mengembangkan teknologi roket pun sudah cukup diakui.

Bahkan, saat ini banyak negara yang ingin melakukan kerja sama keantariksaan dengan Indonesia. Hal ini diartikan negara-negara mulai melihat kemampuan Indonesia untuk berkontribusi dalam pengembangan keantariksaan, karena prinsip kerja sama adalah saling berkontribusi, bukan menerima bantuan.

Saat ini, Indonesia aktif di beberapa forum aktivitas keantariksaan internasional, seperti di United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space (UNCOPUOS), United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA), dan International Telecommunication Union (ITU).

Pada tahun 2019, Indonesia mendorong kerja sama yang lebih erat dalam pemanfaatan dan eksplorasi ruang angkasa untuk tujuan damai, termasuk di bidang teknologi antariksa, penanggulangan bencana, dan pencapaian SDGs.

Berbicara atas nama ASEAN di Komite IV SMU PBB, Deputi Wakil Tetap RI Duta Besa Mohammad Koba tekankan bahwa pemanfaatan dan eksplorasi ruang angkasa harus dilakukan semata-mata untuk tujuan damai dan memberikan manfaat bagi semua negara.

Pernyataan ASEAN juga tekankan pentingnya meningkatkan akses teknologi antariksa dan mendorong penguatan kerja sama di bidang pembangunan kapasitas dan transfer teknologi. Dalam kapasitas nasional, Indonesia juga menggarisbawahi peran teknologi antariksa untuk pencapaian Tujuan Pembangungan Berkelanjutan (SDGs).

Indonesia telah memanfaatkan teknologi antariksa untuk merealisasikan SDGs seperti di bidang penanggulangan bencana, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan maritim.

Pencarian Exoplanet dan Alien

Menurut Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS), Venzha Christ, penelitian dan pencarian exoplanet atau planet di luar tata surya sudah lama dilakukan. NASA menggunakan teleskop Kepler yang berada di luar angkasa untuk mencari planet mirip Bumi yang sedang mengorbit bintang (matahari) lain atau yang berada dalam sistem tata surya lain.

Penelitian ini sudah menghasilkan banyak bukti, ada puluhan planet mirip Bumi yang kemungkinan besar adalah berpenghuni atau bisa menumbuhkan evolusi sebuah entitas tertentu. Teleskop Kepler ini mempunyai fasilitas dan kemampuan yang luar biasa untuk bisa meneliti dan mencari jejak secara ilmiah serta keakuratan informasi yang didapat.

“Bukan hal yang baru sebenarnya isu tentang pencarian dan penelitian tentang exoplanet ini untuk diangkat dalam sebuah pemberitaan media,” ujar Venzha Christ.

Sudah banyak negara yang melakukan penelitian dan pencarian exoplanet. Kolaborasi antar space agency di dunia juga menjadi capaian spektakuler dalam dua dasawarsa terakhir.

ISSS sendiri sudah melakukan riset, kunjungan, serta penelitian di bidang sains antariksa dan eksplorasi luar angkasa ke lebih dari 40 negara. Kunjungan dan penelitian tidak hanya dilakukan di space agency, melainkan juga ke observatorium serta universitas yang terkait dengan sains antariksa.

Sementara mengenai kehidupan dan alien, NASA dapat dikatakan sebagai yang pertama mendeteksi hal tersebut pada tahun 1978, tepatnya di planet Venus. Tetapi penemuan tersebut diabaikan selama 42 tahun. Sampai pada 14 September 2020, di jurnal Nature Astronomy, tim ilmuwan membuat pengumuman yang mengejutkan. Menggunakan teleskop, mereka mendeteksi fosfin, gas beracun yang telah lama diusulkan sebagai tanda kemungkinan kehidupan mikroba alien.

Hal itu menjadi penanda dalam perburuan panjang kehidupan di planet selain Bumi. Di saat sebagian besar perhatian di pusatkan kepada Mars dan beberapa bulan yang mengorbit Jupiter dan Saturnus. Venus yang diketahui merupakan planet panas dan beracun, dianggap terlalu tidak ramah untuk bertahan hidup, nyatanya menjadi planet pertama yang terdeteksi terdapat kehidupan di dalamnya.

Untuk membuktikan keberadaan kehidupan di planet lain, NASA mengumumkan pihaknya tengah mencari pemburu atau sukarelawan untuk membantu NASA menemukan tanda-tanda kehidupan alien. Menurut ketua tim pencarian Alien, Veselin Kostov progtam tersebut diberi nama Patroli Planet (NASA’s Planet Patrol). Patroli Planet sendiri merupakan proyek berbasis online yang melibatkan NASA, SETI Institute, Space Telescope Science Insititute, dan Zooniverse.

Program Planet Patrol di Zooniverse akan diluncurkan pada pertengahan Oktober 2020 dan telah merekrut lebih dari 1.600 sukarelawan yang secara kolektif telah mengirimkan 100.000 klasifikasi individu. Dilansir dari Space, sejak 1990-an para ilmuwan telah menemukan lebih dari 4.200 exoplanet.

Jika melihat ke belakang, dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Indonesia memang telah mengawali kiprahnya lebih dahulu dalam memanfaatkan teknologi antariksa. Di saat beberapa negara baru berencana untuk menyiapkan sistem komunikasi domestik, Indonesia sejak tahun 1980-an bersama beberapa negara maju, seperti USSR, Amerika dan Canada, sudah memiliki sistem komunikasi satelit domestiknya sendiri.

Namun meski begitu, patut ditunggu apakah rencana strategis tersebut dapat direalisasikan dengan baik dan menjadi awal eksistensi Indonesia di kancah keantariksaan dunia.

References

Barus, F. L. (Ed.). (2019, Agustus 13). Kiprah Keantariksaan Indonesia di Forum Internasional. Retrieved from Gatra: https://www.gatra.com/detail/news/437315/international/kiprah-keantariksaan-indonesia-di-forum-internasional

CNN Indonesia. (2020, Oktober 25). Astronom Ungkap Alien di Exoplanet Pantau Kehidupan di Bumi. Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201025143848-199-562507/astronom-ungkap-alien-di-exoplanet-pantau-kehidupan-di-bumi

CNN Indonesia. (2020, Oktober 06). NASA Rekrut Tim Relawan Pemburu Alien. Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201006102846-199-554828/nasa-rekrut-tim-relawan-pemburu-alien

CNN Indonesia. (2020, Oktober 27). RI Mulai Cari Alien dan Tempat Layak Huni di Luar Bumi 2021. Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201026151554-199-562854/ri-mulai-cari-alien-dan-tempat-layak-huni-di-luar-bumi-2021

Franedya, R. (2020, Oktober 27). Demi Cari ‘Alien’, Indonesia Rogoh Rp 340 Miliar. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201027125148-37-197407/demi-cari-alien-indonesia-rogoh-rp-340-miliar

Franedya, R. (2020, Oktober 06). NASA Temukan Tanda Kehidupan & Alien di Venus 4 Dekade Lalu? Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201006113857-37-192187/nasa-temukan-tanda-kehidupan-alien-di-venus-4-dekade-lalu/1

PTRI New York. (2019, Oktober 31). Indonesia Dorong Kerja Sama Pemanfaatan Ruang Angkasa untuk Tujuan Damai. Retrieved from Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia: https://kemlu.go.id/portal/id/read/732/view/indonesia-dorong-kerja-sama-pemanfaatan-ruang-angkasa-untuk-tujuan-damai

Sabandar, S. (Ed.). (2020, Oktober 28). Pencarian Exoplanet dan Alien Bukan Hal Baru, Ini Kata ISSS. Retrieved from Kompas: https://www.kompas.tv/article/119213/pencarian-exoplanet-dan-alien-bukan-hal-baru-ini-kata-isss?page=2

U.S. House of Representatives, Ninety-seventh Congress, “Unispace ’82: Report and Hearing Before the Subcommittee on Space Science and Applications of the Committee on Science and Technology”, Second Session, United States: Committee on Science and Technology, 1982, hal. 37 dan 225

--

--

Ruang Diskusi
Ruang Diskusi

Written by Ruang Diskusi

Halo Kawan Diskusi, follow juga instagram kami ya https://instagram.com/ru.dis

No responses yet