Kasus Samuel Paty dan Charlie Hebdo Terhadap Hubungan Perancis dan Masyarakat Muslim

Ruang Diskusi
10 min readOct 28, 2020

--

Samuel Paty, seorang guru sejarah di Prancis diserang dan dibunuh di kota kecil, Conlans Saint Honorine, pada 16 Oktober 2020. Pembunuhan tersebut diduga terkait diskusi tentang karikatur Nabi Muhammad SAW di dalam kelasnya.

Menurut penjelasan jaksa penuntut anti-terorisme, Jean-François Ricard, Paty telah menjadi sasaran berbagai ancaman sejak menunjukkan kartun Nabi Muhammad dalam kelas kebebasan berekspresi yang diajarnya, berkaitan dengan kasus Charlie Hebdo yang merupakan majalah satir Prancis. Charlie Hebdo sendiri menjadi sasaran serangan mematikan pada 2015 setelah mempublikasikan kartun Nabi Muhammad yang kontroversial.

Ketika di kelas Paty menyarankan para murid yang beragama Islam untuk memalingkan pandangan jika mereka merasa akan tersinggung. Namun materi pelajaran yang diberikan oleh Paty tidak mendapat respons baik dari beberapa pihak. Orang tua salah seorang murid juga marah karena insiden tersebut.

Orang tua murid tersebut lalu mengajukan komplain secara formal dan membuat video yang menunjukkan kemarahan pada tindakan Paty serta menyerukan agar orang-orang datang berama-ramai ke sekolah untuk melakukan protes. Saat ini, orang tua murid tersebut termasuk salah satu orang yang kini dalam tahanan polisi. Setidaknya 4 dari 10 orang yang ditangkap adalah kerabat pelaku.

Menurut Ricard, ini adalah serangan kedua sejak persidangan Charlie Hebdo dimulai. Sebelumnya, seorang pria menyerang dan melukai dua orang di luar bekas kantor majalah itu. Ricard juga menambahkan bahwa ada ancaman terorisme tingkat tinggi yang sedang berlangsung di tanah Prancis.

Kronologis

Serangan terjadi pada sekitar pukul 17:00 waktu setempat pada hari Jumat (16/10) dekat College du Bois d’Aulne, tempat Paty mengajar, di Kota Conflans-Sainte-Honorine yang berjarak sekitar 30km dari barat-laut Paris pusat.

Pelaku diketahui pergi ke sekolah tempat Paty mengajar pada Jumat siang dan menunggu di luar sekolah. Pelaku bertanya kepada sejumlah murid untuk mengidentifikasi targetnya dan menunjukkan Samuel Paty. Setelah menemukan targetnya, pelaku kemudian membuntuti Paty yang berjalan kaki pulang ke rumahnya lalu melukai kepala korban dengan pisau dan kemudian memenggal kepalanya.

Ricard menyebut saksi mata mendengar pelaku berteriak “Allahu Akbar”. Pelaku kemudian mengunggah foto korban yang telah meninggal ke media sosial.

Ketika polisi mendekati pelaku, Ia menembakkan airsoft gun ke arah polisi dan dibalas lagi oleh polisi dengan tembakan. Pelaku sempat berusaha untuk bangun namun ditembak lagi sampai sembilan kali. Dalam aksi ini, sebilah pisau dengan panjang 30 cm ditemukan didekat pelaku.

Polisi mengatakan tengah menyelidiki kemungkinan kaitan tersangka dengan kelompok ekstremis Islam.

Pelaku diketahui bernama Abdoulakh Anzorov, lahir di Moskow dan telah tinggal di Prancis sejak 2008. Keluarganya berasal dari wilayah Chechnya, wilayah dengan mayoritas Muslim di Rusia. Menurut laporan media Prancis, Anzorov datang ke Prancis dengan status pengungsi sebagai anak-anak dan tidak dikenal oleh polisi anti-terorisme.

Anzorov tinggal di kota Évreux, Normandy, yang berjarak sekitar 100 km dari TKP dan tidak memiliki kaitan jelas dengan sang guru atau sekolah tempat Ia mengajar. Anzorov pernah beberapa kali tersangkut masalah hukum dan diadili, tapi hanya didakwa dengan dakwaan pelanggaran ringan. Kakek dan saudara laki-lakinya yang berusia 17 tahun telah diinterogasi dan dibebaskan setelah serangan itu.

Pihak Rusia menyatakan tidak terkait dengan penyerangan itu.

“Kejahatan ini tidak ada hubungannya dengan Rusia karena orang ini telah tinggal di Prancis selama 12 tahun terakhir,” kata Sergei Parinov, Juru Bicara Kedutaan Rusia di Paris, kepada kantor berita Tass, Sabtu (17/10).

Dari 15 orang yang ditahan, 4 di antaranya merupakan siswa dari tempat Paty mengajar. Sedangkan tahanan lainnya yaitu 4 anggota keluarga pelaku, 1 orang tua murid di sekolah, dan 1 orang radikal Islam.

Polisi melakukan penggeledahan 40 rumah tersangka radikal pada Senin (19/10) dan akan melakukan penggeledahan lebih lanjut.

Respon Masyarakat Prancis

Peristiwa pembunuhan sadis yang dilakukan kepada seorang guru dianggap sebagai bagian dari serangan teror yang mengguncang Prancis dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini yang menyoroti perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok agama terhadap sikap Prancis sebagai negara sekuler.

Pembunuhan Paty menarik ribuan guru, pengunjuk rasa, serta Perdana Menteri Jean Castex dan Walikota Paris Anne Hidalgo ke jalan-jalan Ibu Kota Prancis dan kota-kota besar lainnya selama akhir pekan. Tindakan ini dilakukan sebagai tanda solidaritas dengan Paty, kebebasan berbicara, dan menentang kekerasan.

Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer, menemui para pemimpin dari serikat guru. Dalam pernyataannya Blanquer mengatakan bahwa Paty telah dibunuh oleh musuh kebebasan dan Prancis tidak akan pernah mundur ketika dihadapkan dengan teror dan intimidasi.

Jean-Michel Blanquer juga mengatakan Paty secara anumerta akan dianugerahi penghargaan tertinggi Prancis, Légion d’Honneur. Upacara nasional akan diadakan di Universitas Sorbonne, Paris, pada hari Rabu. Selain itu, Paty juga akan menjadi Commandeur of the Ordre des Palmes Académiques, suatu kehormatan yang mengakui kontribusi luar biasa yang dibuat oleh para guru dan akademisi untuk institusi mereka.

Para pemimpin umat Islam di Prancis juga mengutuk serangan itu. “Masyarakat yang beradab tidak membunuh orang yang tidak bersalah, hanya orang ‘barbar’ yang melakukannya,” kata Tareq Oubrou, imam masjid di Bordeaux, kepada France Inter.

Majelis rakyat Chechnya yang berbasis di Strasbourg, Eropa, dalam sebuah pernyataan menyampaikan “Seperti semua orang Prancis, komunitas kami merasa ngeri dengan kejadian ini.”

Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin memerintahkan penutupan sebuah masjid di timur laut Paris selama enam bulan. Penutupan masjid tersebut dilakukan sebagai bagian dari tindakan keras pemerintah terhadap kelompok-kelompok Islam dan tersangka ekstremis sebagai akibat dari peristiwa pembunuhan tersebut.

Sebelum serangan itu, Masjid Pantin yang memiliki sekitar 1.500 jamaah dilaporkan telah memposting ulang salah satu video orang tua murid di Facebook di tengah kampanye online yang sengit melawan guru dan sekolah. Kepala masjid, M’hammed Henniche, mengatakan bahwa Ia telah membagikan video itu karena merasa anak-anak Muslim diasingkan di kelas.

Prinsip sekuler Prancis “laïcité”

Prancis dikenal sebagai negara yang memegang prinsip sekularisme dalam kehidupan masyarakatnya dengan memegang konsep laïcité. Menurut Rita Hermon-Belot, kata sifat seperti keras, lembut, terbuka atau tertutup pada konsep laïcité itu sendiri bermasalah. Rita Hermon-Belot sendiri merupakan seorang sejarawan di EHESS yang telah banyak menulis tentang Pluralisme Agama dan aturan sekuler di Prancis.

Dalam sebuah wawancara dengan FRANCE 24, Rita menekankan fakta bahwa tidak ada definisi hukum tentang laïcité. Bahkan tidak ada dalam undang-undang tahun 1905 yang memisahkan gereja dan negara, yang sering digambarkan sebagai mengabadikan prinsip sekularisme Prancis.

Rita menambahkan bahwa laïcité adalah produk dari suatu proses yang berlangsung selama beberapa dekade, di mana serangkaian hukum dan aturan liberal secara bertahap menetapkan keunggulan negara sekuler atas Gereja Katolik dalam kehidupan publik. Mulai dari pendidikan hingga pernikahan dan hak-hak sipil.

“Dulu, para legislator mungkin berpikir lebih bijaksana untuk tidak menetapkan definisi hukum tentang laïcité,” katanya. “Namun, saat ini, kurangnya definisi seperti itu membuka jalan bagi semua jenis penafsiran, beberapa di antaranya jelas menyinggung.” tambah Rita.

Dalam daftar panjang serangan teroris yang melanda Prancis dalam beberapa tahun terakhir, pembunuhan Paty membawa resonansi yang sangat menyeramkan. Kemarahan atas pembunuhan tersebut telah memicu seruan untuk tanggapan yang lebih kuat terhadap ideologi pembunuh dan terhadap prinsip inti laïcité.

Pembunuhan Paty digambarkan sebagai serangan terhadap jiwa Prancis. Presiden Emmanuel Macron mengatakan, Paty menjadi sasaran karena Ia mewujudkan Republik, karena Paty mengajar murid-murid menjadi warga negara dan berjuang demi kebebasan dan akal sehat.

Sebagian besar masyarakat Prancis hanya memiliki pemahaman yang samar tentang laïcité. Namun mayoritas masyarakat mengatakan bahwa mereka yakin sekularisme Prancis sedang terancam akibat insiden ini.

Memerangi rasisme sistemik dengan ‘mereformasi Islam’

Setelah bertahun-tahun serangan brutal oleh Muslim radikal, Pemerintah akhirnya merasa muak. Macron mengungkapkan rencananya yang telah lama ditunggu-tunggu untuk mereformasi praktik Islam di Prancis.

Proposal tersebut akan membatasi dana yang diterima komunitas Muslim dari luar negeri, yang seharusnya membatasi pengaruh asing, dan membuat program sertifikat untuk para imam yang terlatih di Prancis.

Pembunuhan Paty membuat masalah ini jauh lebih mendesak. Kementerian Dalam Negeri Prancis menambahkan pekan lalu bahwa para pejabat akan menargetkan potensi pembubaran lebih dari 50 asosiasi Muslim Prancis jika ditemukan mempromosikan kebencian, termasuk kelompok arus utama yang mengabdikan diri untuk memerangi Islamofobia.

Macron ingin membangun Islam di Prancis yang bisa menjadi Islam Pencerahan dan menghentikan penyimpangan berulang dari nilai-nilai republik. Tujuan dari rencana tersebut adalah untuk melindungi Prancis dari serangan radikal lainnya.

“Apa yang kita perlu lawan adalah separatisme Islam,” kata Macron.

Meskipun Prancis mengklaim negaranya memegang prinsip laïcité, namun nyatanya perlakuan diskriminasi masih banyak ditemui. Diantaranya adalah penggunaan hijab yang dilarang karena alasan keamanan nasional.

Ketika wanita Muslim mengenakan jilbab di depan umum, mereka sering mendapat kecaman. Bahkan ketika mereka melakukannya secara legal dan bahkan ketika mereka berusaha menjadi bagian dari masyarakat Prancis. Selain itu, ketika minoritas (khususnya Muslim), menyuarakan pendapat kritis terhadap dogma pendirian, pers Prancis sering menuduh mereka terlibat aksi terorisme.

Namun terlepas dari apa yang dihadapi umat Islam di sini, sangat sulit untuk membuktikan bahwa diskriminasi itu ada. Sejak 1978, hukum Prancis melarang perkumpulan ilmuwan sosial akademis atau swasta tentang ras, agama, atau etnis, terutama sebagai tanggapan terhadap Perang Dunia II. Menurut Hakim El Karoui yang merupakan penulis “L’islam une religious française,” hal tersebut berkontribusi pada fenomena separatisme di komunitas Muslim Prancis.

Sebelumnya Macron sempat berujar bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Oleh karena itu, Pemerintahnya akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 berkaitan dengan sekulerisme.

Kontroversi Karikatur Charlie Hebdo

Majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, mengumumkan menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad, pada Selasa (1/9), untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka terkait karikatur itu pada 7 Januari 2015 lalu. Ketika itu, 12 orang, termasuk beberapa kartunis terkemuka, tewas dalam serangan yang dilakukan dua bersaudara, Said dan Cherif Kouachi, di kantor Charlie Hebdo, Paris.

Sejumlah politikus Prancis, terutama partai sayap kanan Front Nasional pimpinan Marine Le Pen, mendukung penerbitan karikatur nabi itu serta menghubungkan aksi teror dengan ajaran Islam dan menyuarakan ujaran anti-Islam. Sementara, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan tidak bisa mencampuri keputusan redaksional majalah.

Menanggapi hal tersebut, Organisasi Kerjasama Negara-negara Islam (OKI) menyebut kasus penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo dapat merusak hubungan umat Islam dengan Prancis.

Mengenai peristiwa pembunuhan Samuel Paty, OKI mengecam insiden tersebut. Namun, pihaknya juga mengingatkan untuk tidak menghubungkan aksi teror dengan ajaran Islam.

Beberapa negara Arab juga telah mengutuk hasutan Prancis terhadap agama Islam dan Nabi Muhammad, dan memperingatkan bahwa penghinaan berulang ini memicu kebencian di antara masyarakat.

Dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan Islam sebagai “agama yang mengalami krisis di seluruh dunia”. Bertepatan dengan langkah provokatif Charlie Hebdo yang telah menarik kemarahan Muslim di seluruh dunia.

Dhaifallah Fayez, juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, juga menyuarakan kecaman atas penerbitan ulang kartun ofensif nabi oleh Charlie Hebdo dengan klaim kebebasan berekspresi.

Kementerian Luar Negeri Kuwait juga mengungkapkan kekesalannya atas penerbitan ulang kartun anti-nabi di Prancis.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian memperingatkan bahwa penghinaan ini akan menyulut semangat kebencian, kekerasan dan permusuhan, dan membahayakan upaya komunitas internasional untuk menyebarkan budaya toleransi dan perdamaian di antara masyarakat di dunia.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, pada hari Minggu, juga mengatakan bahwa Presiden Emmanuel Macron telah menyerang Islam dengan mendorong penayangan kartun tersebut.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah mengecam ucapan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Ia menghina Macron karena memaafkan penggunaan kartun Nabi Muhammad sebagai sebuah bahan ajar oleh seorang guru.

Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Nayef al-Hajraf, juga menggambarkan pernyataan Macron terhadap Islam sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab dan menjadi penyebab penyebaran budaya kebencian di antara masyarakat.

Seruan boikot produk Prancis

Kecaman tersebut berujung kepada seruan negara-negara Arab untuk memboikot produk-produk Prancis. Aktivis Arab juga meluncurkan beberapa kampanye media sosial untuk memboikot semua produk Prancis, menggunakan beberapa tagar sebagai (#boycottfrance #boycott_French_products #ProphetMuhammad).

Beberapa asosiasi perdagangan Arab pun turut mengumumkan boikot produk Prancis.

Di Kuwait, ketua dan anggota dewan direksi dari Al-Naeem Cooperative Society memutuskan untuk memboikot semua produk Prancis. Langkah tersebut juga diikuti oleh Asosiasi Dahiyat al-Thuhr.

Selain itu, the non-governmental Union of Consumer Co-operative Societies yang mengelompokkan lebih dari 70 perusahaan mengeluarkan arahan boikot dalam surat edaran 23 Oktober. Puluhan toko di Kuwait membuktikan pemboikotan dengan mengunggah foto di media sosial yang memperlihatkan sejumlah pekerja produk-produk dari Prancis dari rak.

Ketua serikat buruh Fahd Al-Kishti mengatakan bahwa produk tersebut telah dihapus sebagai tanggapan atas penghinaan berulang-ulang terhadap Nabi.

Di Qatar, perusahaan Wajbah Dairy juga melakukan hal serupa dan diikuti oleh Al Merra Consumer Goods Company. Universitas Qatar sendiri juga bergabung dengan kampanye untuk memboikot produk dari Prancis dan menunda acara Pekan Budaya Prancis tanpa batas waktu.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Prancis meminta agar seruan boikot terhadap produk mereka, yang dilakukan di berbagai negara Timur Tengah, untuk segera dihentikan. Kemlu Prancis berkata para diplomatnya sedang bergerak untuk menanyakan negara-negara di mana boikot dilakukan atau seruan kebencian dikeluarkan untuk tidak mendukung mereka.

Sementara Presiden Macron bercuit di Twitter tentang pemboikotan dan kecaman dari Erdogan.

“Kami tidak akan menyerah, selamanya,” cuitnya. Macron juga menegaskan, “Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian.”

Referensi

Anadolu Agency. (2020, Oktober 24). Arabs condemn French insults of Islam, Prophet Muhammad. Retrieved from Anadolu Agency: https://www.aa.com.tr/en/middle-east/arabs-condemn-french-insults-of-islam-prophet-muhammad/2017907

Arbar, T. F. (2020, Oktober 26). Marah Macron Serang Islam, Negara Arab Boikot Produk Prancis. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20201026102634-4-197059/marah-macron-serang-islam-negara-arab-boikot-produk-prancis

BBC Indonesia. (2020, Oktober 22). Pemenggalan guru Prancis: Tujuh orang didakwa, termasuk dua murid, Samuel Paty mendapat ‘penghargaan tertinggi’. Retrieved from BBC Indonesia: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-54580667

CNN Indonesia. (2020, Oktober 24). OKI Sebut Kasus Charlie Hebdo Ancam Hubungan Muslim-Prancis. Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20201024162205-120-562347/oki-sebut-kasus-charlie-hebdo-ancam-hubungan-muslim-prancis

CNN Indonesia. (2020, Oktober 26). Prancis Desak Seruan Boikot dari Timteng Segera Dihentikan. Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20201026103722-134-562700/prancis-desak-seruan-boikot-dari-timteng-segera-dihentikan

Dodman, B. (2020, Oktober 23). After teacher’s murder, a hunt for appeasers who ‘disarmed’ French secularism. Retrieved from France 24: https://www.france24.com/en/france/20201023-teacher-s-gruesome-murder-triggers-hunt-for-appeasers-who-disarmed-french-secularism

DW. (2020, Oktober 20). France shutters mosque in Paris after teacher’s beheading. Retrieved from DW: https://www.dw.com/en/france-shutters-mosque-in-paris-after-teachers-beheading/a-55333771

Henley, J. (2020, Oktober 20). France: teacher’s killer ‘exchanged texts’ with father of pupil. Retrieved from The Guardian: https://www.theguardian.com/world/2020/oct/20/beheaded-teacher-samuel-paty-to-get-legion-of-honour-france-says-minister

McAuley, J. (2020, Oktober 23). Instead of fighting systemic racism, France wants to ‘reform Islam. Retrieved from Washington Post: https://www.washingtonpost.com/outlook/macron-france-reform-islam-paty/2020/10/23/f1a0232c-148b-11eb-bc10-40b25382f1be_story.html

Middle East Monitor. (2020, Oktober 25). Arab trade groups boycott French products over insults. Retrieved from Middle East Monitor: https://www.middleeastmonitor.com/20201025-arab-trade-groups-boycott-french-products-over-insults/

Reuters. (2020, Oktober 26). France urges Middle Eastern countries to stop boycott of French products. Retrieved from Reuters: https://uk.reuters.com/article/uk-kuwait-france-boycott-ministry-idUKKBN27A0RJ

Reuters. (2020, Oktober 25). Kuwait retail co-ops remove French products over Prophet cartoon. Retrieved from Reuters: https://www.reuters.com/article/us-kuwait-france-boycott/kuwait-retail-co-ops-remove-french-products-over-prophet-cartoon-idUSKBN27A0MI

Togoh, I. (2020, Oktober 20). Beheaded Teacher To Be Posthumously Awarded France’s Highest Honor. Retrieved from Forbes: https://www.forbes.com/sites/isabeltogoh/2020/10/20/beheaded-teacher-to-posthumously-get-frances-highest-honor/#7c8f934f2fc3

--

--

Ruang Diskusi
Ruang Diskusi

Written by Ruang Diskusi

Halo Kawan Diskusi, follow juga instagram kami ya https://instagram.com/ru.dis

Responses (1)