Krisis Rudal Kuba: 13 Hari Perang Dingin Nyaris Menjadi Perang Nuklir

Ruang Diskusi
8 min readOct 14, 2020

--

Jika ada yang menanyakan kapan umat manusia pernah berada dekat sekali dengan ancaman nyata dari perang nuklir, jawabannya ialah pada bulan Oktober 1962 di mana terdapat 13 hari paling menegangkan dalam babak Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet.

Peristiwa menegangkan ini terjadi pada musim gugur 1962, kala itu AS bersitegang menuntut Soviet untuk menghentikan proyek pembangunan pangkalan rudal di Kuba, hanya 144.8 Km dari pantai Florida, AS.

Sebagai sekutu jauh, sebelumnya pemimpin Soviet Nikita Khrushchev telah berjanji untuk melindungi dan memperkuat Kuba terutama pasca peristiwa Invasi Teluk Babi. Soviet memegang asumsi bahwa Amerika Serikat tidak akan mencegah instalasi fasilitas medium-range ballistic missile (MRBM) di negara komunis Karibia tersebut. Kedua pihak saling menyadari bahwa penempatan rudal nuklir di Kuba mampu menjangkau sebagian besar wilayah Amerika Serikat. Berikut ini kronologi momen-momen terpenting dalam krisis tersebut.

Pra-Peristiwa

Juli 1962

Dua peristiwa yaitu invasi AS ke Teluk Babi pada tahun 1961, serta peletakan rudal AS di Turki dan Italia pada tahun 1959, membuat pemimpin Kuba Fidel Castro dan Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev sepakat untuk menempatkan rudal nuklir di wilayah Kuba demi mencegah kembalinya invasi AS dan CIA-nya di masa mendatang.

Agustus 1962

CIA kemudian mendapat bocoran informasi tersebut dari mata-mata Soviet untuk AS Kolonel Oleg Penkovsky (nama sandi “Hero”) yang memberitahukan rencana perang, dokumen rahasia, dan informasi intelijen lainnya.

September 1962

AS memberikan peringatan kepada kepada Uni Soviet dan Kuba. Apabila Kuba benar dijadikan pangkalan rudal, maka AS akan kembali menginvasi Kuba dengan dalil pencegahan.

Citra udara dari pesawat intai U-2 akan keberadaan rudal di Kuba

Minggu, 14 Oktober 1962

Pesawat intai U-2 milik AS memvalidasi keberadaan proyek pembangunan fasilitas MRBM Soviet di Kuba dengan beberapa bukti konkrit berdasarkan citra udara. Selama 13 hari berikutnya, yakni 16–28 Oktober 1962, AS dan Uni Soviet terus bersitegang antara satu sama lain hingga nyaris menjerumuskan dunia ke ambang perang nuklir.

Tiga Belas Hari Paling Menegangkan

16 Oktober: Presiden John. F. Kennedy Mendapat Bukti-Bukti Fotografi Keberadaan Rudal Soviet di Kuba

JFK memperoleh informasi serta bukti foto terkait kehadiran rudal Soviet di Kuba. Ia diberikan arahan intelijen bersama dengan tim penasihatnya yang dinamakan Executive Committee (EX-COMM).

Dalam arahan tersebut terdapat tiga usulan yang digagas terkait respon yang akan diambil pemerintah AS; (1) Diplomasi dan negosiasikan permasalahan ini dengan Fidel Castro dan Nikita Khruschev, (2) Karantina perairan Kuba dengan ancaman tindakan militer lebih lanjut, atau (3) Meluncurkan serangan udara dan invasi — yang berpotensi menewaskan ribuan personel Soviet dan dapat dianggap sebagai tindakan perang serta memicu serangan balasan ke wilayah sekutu seperti Berlin.

JFK menolak gagasan serangan udara, dan memilih melakukan blokade di perairan Kuba demi mengulur waktu sambil menegosiasikan penarikan rudal dari Kuba. Namun JFK dan para penasihatnya dengan hati-hati mengkonsepkan ini sebagai ‘karantina’, karena sejatinya istilah blokade rentan untuk diartikan sebagai tindakan perang.

17 Oktober: Pemusatan kekuatan militer di bagian tenggara AS

AS memfokuskan kekuatan militernya ke wilayah tenggara di sekitar negara bagian Florida pasca pengintaian pesawat U-2 menunjukkan keberlanjutan dari proses pengembangan fasilitas rudal Kuba yang teridentifikasi memiliki kapabilitas jarak-menengah hingga jarak-jauh, yang mampu menjangkau hampir seluruh wilayah kontinental AS.

Gambaran koran di tengah ketegangan krisis rudal Kuba tentang kota-kota yang dapat dijangkau oleh rudal. Sumber: Bettmann/CORBIS

18 Oktober: Menteri Luar Negeri Soviet Bertemu dengan JFK

Menteri Luar Negeri Soviet Andrei Gromyko bertemu dengan Presiden JFK di Gedung Putih untuk mengklarifikasi bahwa peletakan rudal di Kuba hanya untuk tujuan defensif. JFK memberikan peringatan kepada Gromyko akan konsekuensi mematikan apabila senjata nuklir Kuba memiliki intensi ofensif.

Pertemuan Andrei Gromyko dan JFK di Gedung Putih

20 Oktober: JFK Mengeluarkan Perintah untuk Mengkarantina Kuba

Gedung Putih melabeli tindakan ini sebagai ‘karantina’ karena istilah blokade secara teknis merupakan tindakan perang. Kapal-kapal Soviet yang membawa logistik persenjataan menuju Kuba akan diperintahkan untuk putar haluan.

21 Oktober: Komando Taktis Udara AS tidak Menjamin Mampu Menghancurkan Fasilitas Rudal Kuba

Presiden JFK menemui Jenderal Walter Sweeney dari Komando Taktis Udara Angkatan Udara AS. Jenderal Sweeney mengungkapkan analisisnya bahwa opsi serangan udara tidak menjamin mampu menghancurkan 100% rudal yang ada.

22 Oktober: Publik Mulai Diinformasikan Terkait Situasi Rudal Kuba Serta Keputusan Karantina Perairan, JFK Menyiagakan Militer

Dalam pidato nasionalnya di televisi, JFK mengguncang warga Amerika dan dunia dengan mengungkapkan ancaman nyata dari rudal Kuba. Ia menyatakan bahwa pemerintah AS tengah mencegah masuknya kapal Soviet untuk memasuki perairan Kuba, sembari meminta Soviet untuk menarik rudal mereka kembali. EX-COMM sempat menyarankan kepada JFK untuk melancarkan invasi langsung ke Kuba demi mengakhiri ketegangan, AS pun memasuki status Defense Condition (DEFCON) 3.

Sementara itu Duta Besar AS untuk Uni Soviet, Foy Kohler menyampaikan surat yang dituliskan JFK kepada Khrushchev.

“Satu hal yang paling saya khawatirkan adalah adanya kemungkinan bahwa pemerintahan Anda tidak benar-benar memahami tekad Amerika Serikat dalam situasi tertentu, karena saya tidak mengasumsikan bahwa Anda atau orang waras manapun — dalam situasi nuklir ini, akan secara sengaja menjerumuskan dunia ke dalam kondisi perang yang jelas-jelas tidak dapat dimenangkan oleh pihak mana pun, dan justru hanya akan memberikan bencana bagi seluruh dunia sebagai konsekuensinya, termasuk pihak yang melakukan serangan.“ — Kennedy kepada Khrushchev.

23 Oktober: Karantina AS Mendapat Legitimasi Internasional

Upaya karantina AS mendapat dukungan dari Organization of American States (OAS), memberikan legitimasi internasional bagi langkah AS. Kapal-kapal penghalau AS pun sudah bersiaga pada posisinya di perairan Kuba. Hal ini direspon dengan pergerakan kapal-kapal selam Soviet di sekitar perairan Karibia. Blokade laut pun tergolong berhasil pasca terhentinya laju kapal-kapal pengangkut muatan senjata nuklir di luar zona karantina. Di saat yang bersamaan, saudara kandung Presiden JFK, yakni Jaksa Umum Robert Kennedy menemui Duta Besar Anatoli Dobrynin di Kedutaan Besar Soviet.

24 Oktober: Khrushchev menyurati JFK karena Merasa Terintimidasi

Nikita Khrushchev menganggap tindakan karantina AS untuk Kuba sebagai bentuk agresi.

“Anda, Tuan Presiden, tidak sedang mendeklarasikan karantina, melainkan memberikan ultimatum dan mengancam bahwa; jika kami tidak menuruti tuntutan Anda, Anda akan menggunakan kekerasan. Pertimbangkan apa yang Anda katakan! Dan Anda meminta saya untuk menerima hal ini! Apa artinya menyetujui tuntutan ini? Artinya sama saja membawa diri sendiri dalam hubungan suatu negara dengan negara lain bukan karena suatu alasan, melainkan karena tunduk pada kesewenang-wenangan pihak lain. Anda bukan sedang mencari pembenaran, tetapi ingin mengintimidasi kami. “ — Khrushchev kepada Kennedy.

25 Oktober: Adlai Stevenson Membongkar Bukti Rudal Kuba Kepada PBB

AS meminta sidang darurat kepada Dewan Keamanan PBB terkait situasi yang mereka hadapi. Duta Besar Soviet untuk PBB Valerian Zorin menyangkal keberadaan rudal tersebut di Kuba. Duta Besar AS untuk PBB, Adlai Stevenson menyatakan bahwa dirinya ‘bersedia menunggu sampai neraka membeku’ demi menanti pengakuan Uni Soviet. Lalu tak berselang lama ia membeberkan citra udara yang membuktikan keberadaan rudal tersebut ke hadapan peserta sidang PBB dan jagat internasional. Sementara itu, kapal tanker minyak Bucharest dipersilahkan melewati blokade atas izin JFK, di mana hampir terjadi upaya pencegatan oleh kapal USS Essex dan USS Gearing yang hampir memicu perang.

26 Oktober: Militer AS Bersiaga untuk Kemungkinan Perang Terbuka, AS Memasuki Status DEFCON 2

Karantina terus dilakukan AS sementara Soviet masih meneruskan pembangunan fasilitas rudal. Takut akan invasi oleh AS, Fidel Castro menyurati Khrushchev agar Soviet menginisiasi serangan nuklir kepada AS. Namun alih-alih menuruti Castro, Khrushchev justru lebih memilih untuk menyambut tuntutan AS untuk saling mengurangi ketegangan konflik dan mencegah potensi kehancuran akibat perang nuklir. Solusi Diplomatik yang dirumuskan keduanya ialah Soviet menarik rudalnya di Kuba dengan syarat AS berjanji tidak akan menginvasi Kuba.

Terdapat anggapan bahwa komunikasi antara Khrushchev dan JFK tersebut sangatlah signifikan serta melibatkan banyak risiko politik bagi kedua pihak. Bagi Khrushvhev ini bisa dianggap sebagai bentuk kelemahan dan tunduknya Soviet terhadap desakan AS, sementara bagi JFK, memercayai melunaknya sikap Soviet dapat digolongkan sebagai kenaifan politik.

27 Oktober: Kedua Militer Menegang, Khrushchev Memodifikasi Kesepakatannya dengan JFK

Sebuah pesawat intai U-2 AS ditembak jatuh di wilayah udara Kuba dan menewaskan sang pilot, Mayor Rudolph Anderson, namun kedua pihak memilih untuk tidak mempertegang situasi. Kapal selam AS bergerak ke arah kapal selam Soviet, meski serangan retaliasi memungkinkan, AS tidak melakukan serangan. Di tempat yang berbeda, terjadi pengejaran pesawat tempur AS oleh MiGs di wilayah udara Kamchatka, semenanjung Rusia.

Menambahkan poin dari kesepakatan awal, Khrushchev meminta agar AS menarik rudal Jupiter-nya di Turki sebagai bagian dari kesepakatan yang baru. JFK memilih untuk menyepakati kesepakatan awal dan menghiraukan permintaan tambahan tersebut. Namun di sore hari yang sama, Robert Kennedy menemui Duta Besar Dobrynin untuk menyampaikan secara tidak langsung bahwa AS memang sudah berencana menarik rudal Jupiter dari Turki dalam beberapa bulan secara sukarela, namun tidak bisa membuka hal ini kepada publik. Kesepakatan antar kedua pihak pun akhirnya dicapai.

28 Oktober: Uni Soviet Mengumumkan Penarikan Rudal dari Kuba

Radio Moskow mengumumkan kepada publik bahwa Uni Soviet sepakat untuk menarik rudalnya dari Kuba dengan jaminan AS tidak akan menginvasi Kuba. Dalam pengumumannya Soviet tidak mengungkit soal penarikan rudal Jupiter AS di Turki, sesuai dengan yang telah disepakati dengan JFK.

Rudal-rudal Soviet di Kuba dipulangkan kembali ke Uni Soviet di awal bulan November 1962. Pada akhir November, embargo AS terhadap Kuba pun dihentikan. Pesawat pengebom Soviet meninggalkan Kuba sebelum akhir tahun. AS kemudian menepati janjinya untuk menarik rudal Jupiter dari Turki pada akhir bulan April 1963. Selain itu, kedua pihak menunjukkan perbaikan sikap terkait bahaya dari senjata nuklir dengan menandatangani kesepakatan Partial-Test-Ban Treaty (1963).

Gedung Putih AS menggambarkan penarikan rudal Kuba sebagai bentuk persistensi yang kuat dan ketenangan dari Presiden JFK dalam menangani ancaman yang diberikan oleh Uni Soviet. Sebagaimana yang banyak dikatakan oleh analis kebijakan luar negeri AS; resolusi dari krisis ini terwujud berkat komitmen Presiden yang tinggi untuk terus menegosiasi dan mencari kesamaan rasa dalam menyikapi dunia nuklir yang berbahaya.

“The essence of the ultimate decission remains impenetrable to the obeserver, often, indeed to the decider himself. There will always be the dark and tangled streches in the decision making process, mysterious even to those who may be most intimately involved.”

-John Fitzgerald Kennedy, 35th President of the United States.

Penulis: M. Farhan Triandi
Editor:
Visualis: M. Farhan Triandi dan Zaki Khudzaifi M.

Sumber:

Allison, G. T., & Zelikow, P. (1971). Essence of decision: Explaining the Cuban missile crisis (Vol. 327, №729.1). Boston: Little, Brown.

Kiger, P. J. (2019). Key Moments in the Cuban Missile Crisis. Retrieved from https://www.history.com/news/cuban-missile-crisis-timeline-jfk-khrushchev

Stilwell, B. (2015). The Cuban Missile Crisis: 13 days that almost ended the world. Retrieved from https://www.wearethemighty.com/articles/tick-tock-cuban-missile-crisis

--

--

Ruang Diskusi
Ruang Diskusi

Written by Ruang Diskusi

Halo Kawan Diskusi, follow juga instagram kami ya https://instagram.com/ru.dis

No responses yet