Pembunuhan Demi “Kehormatan”

Ruang Diskusi
4 min readJun 15, 2020

--

Honoring killing atau pembunuhan demi kehormatan adalah sebuah tindakan pembunuhan yang umumnya dilakukan oleh anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki kepada anggota keluarga dengan jenis kelamin perempuan, karena perempuan tersebut dianggap telah melakukan sesuatu yang mempermalukan atau mencoreng kehormatan keluarga. Namun fenomena ini tidak menutup kemungkinan menjadikan laki-laki sebagai korban, contohnya dalam kasus laki-laki yang merupakan homoseksual atau yang dianggap menyimpang dari norma yang ada. Tindakan honoring killing merupakan sebuah fenomena yang terjadi di berbagai negara seperti di Pakistan, Iran, bahkan baru-baru ini terjadi di Indonesia. Umumnya fenomena ini terjadi karena beberapa hal seperti melakukan kawin lari tanpa persetujuan dari keluarga, melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan (zina), dan korban pemerkosaan.

Pembunuhan demi kehormatan merupakan tradisi kuno yang berasal dari sebuah suku yang hidup di wilayah gurun. Berdasarkan adat istiadat yang turun menurun, peran atau aset yang paling berharga dimiliki oleh seorang perempuan adalah kemampuannya untuk menikah dan melahirkan keturunan. Perempuan dianggap berkontribusi pada sukunya, dengan melahirkan keturunan. Tubuh perempuan yang subur dan dapat melahirkan keturunan dianggap sebagai modal atau investasi yang penting untuk mempertahankan kehormatan seorang laki-laki dalam komunitas masyarakat tersebut. Perempuan yang terhormat dan bernilai untuk sukunya ialah mereka yang sehat, suci (perawan), berpenampilan baik, dan subur (dapat melahirkan keturunan). Melalui pernikahan, seorang laki-laki diibaratkan seperti “membeli” kemampuan perempuan untuk melahirkan dan menghasilkan keturunan. Dalam pandangan ini, perempuan diharuskan monogami (bersuami satu), sedangkan laki-laki dapat menghasilkan keturunan dengan beberapa perempuan selama laki-laki tersebut dapat menjamin kehidupan perempuan yang dia miliki.

Dalam sosial masyarakat suku ini, perempuan yang berzina atau melakukan hubungan seks di luar pernikahan dianggap telah memberikan nilainya (value) kepada laki-laki dan membuatnya menjadi tidak berharga, serta dianggap tidak akan bernilai untuk suami nya di masa akan datang. Keluarga akan merasa tercoreng dan tidak terhormat, serta merasa gagal berkontribusi kepada komunitas masyarakat dengan membersarkan seorang perempuan yang tidak menghormati norma yang berlaku dan tidak dapat menghasilkan keturunan. Fenomena pembunuhan demi kehormatan dianggap sebagai hukuman untuk perempuan yang telah mengkhianati dan mencoreng martabat laki-laki yang telah mendukungnya (contoh seperti ayah yang telah membesarkan anaknya), dengan tidak memberikan apa yang seharusnya dia berikan dan melakukan hal-hal yang menyimpang dari norma yang berlaku serta tidak patuh terhadap keluarga. Ketika perempuan melakukan atau mengalami hal-hal yang dianggap menyimpang, dia bukan saja mencoreng suami atau ayahnya namun juga masyarakat suku tempat dia berada, dan suku tersebut berhak menghukumnya.

Fenomena pembunuhan demi kehormatan sering kali dihubungkan dengan agama khususnya Islam. Hal ini merupakan sesuatu yang keliru, karena kejahatan untuk kehormatan tidak dibenarkan dalam konsep Islam. Berikut contoh kasus terjadinya praktek pembunuhan demi kehormatan yang ada di Iran.

IRAN

Pembunuhan demi kehormatan di Iran kerap kali terjadi dengan adanya persetujuan dari anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan seperti Ibu ataupun saudara perempuan. Karena hal ini berkaitan dengan kehormatan keluarga, kasus pembunuhan demi kehormatan terkadang tidak dilaporkan ataupun tercatat oleh otoritas terkait.

Pada akhir Mei lalu, di sebuah desa di wilayah utara Iran, seorang ayah yang berusia 37 tahun memenggal kepala putrinya karena melarikan diri dengan seorang laki-laki bernama Bahman Khavari. Sebelum pembunuhan tersebut terjadi, Ashrafi (ayah Romina), telah beberapa kali mengancam Romina. Keduanya kerap kali terlibat dalam adu argumen. Romina pernah dianggap telah melanggar norma yang ada dengan membiarkan rambutnya terlihat mencuat keluar dari kerudung yang dia kenakan, ketika dia berada di luar. Romina juga mengunggah fotonya di Instagram dengan mengenakan jeans serta kaos, dengan rambut yang menjuntai hingga pinggangnya.

Romina diketahui menjalin hubungan dengan seorang laki-laki dalam lima tahun belakang. Keluarga Romina tidak memberikan izin kepada laki-laki tersebut untuk menikahi Romina, karena pihak keluarga Romina tidak menyukai latar belakang keluarga kekasih Romina. Pada dasarnya usia Romina (sekitar 13 atau 14 tahun) menurut hukum Iran diperbolehkan untuk menikah, batas minimal usia perempuan di Iran untuk menikah sendiri adalah 13 tahun. Setelah lima hari Romina menghilang, polisi menemukan keduanya dan membawa Romina kembali ke keluarganya, Berdasarkan laporan media, ibu Romina mendengar suaminya mengatakan kepada Romina untuk membunuh dirinya sendiri, jika Romina tidak mau melakukan hal tersebut maka sang ayah yang akan melakukan hal tersebut. Namun ibu dari Romina sendiri tidak melakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa anaknya. Setelah Romina dibunuh secara brutal, para kerabat mengadakan upacara pemakaman dengan penyematan kepada ayah Romina sebagai “honorable” father (ayah yang terhormat).

Berdasarkan media di Iran, sebelum pembunuhan ayah Romina bertanya kepada seorang pengacara, hukuman apa yang akan dia dapat jika melakukan pembunuhan tersebut. Jawaban yang didapat oleh ayah Romina saat itu yaitu hukuman penjara selama tiga hingga sepuluh tahun. Durasi hukuman tersebut didasari karena peran ‘ayah’ dianggap sebagai pelindung dan hal tersebut membuat ayah Romina terbebas dari hukuman mati.

Ashrafi, ayah Romina, bukan satu-satunya ayah di Iran yang memanfaatkan hukuman lemah dalam peraturan hukum Iran untuk melakukan pembunuhan demi kehormatan. Berdasarkan studi yang dibuat oleh Akademi Polisi Iran, lebih dari 45% pembunuhan di wilayah barat dan selatan Iran yang masih kental akan budaya tradisi merupakan pembunuhan demi kehormatan. Kembalinya terulang peristiwa ini membuat Presiden Hassan Rouhani memerintahkan kabinetnya untuk melakukan reformasi hukum dan memberikan hukuman setimpal atas pihak-pihak yang melakukan pembunuhan demi kehormatan, namun Presiden Rouhani paham bahwa naskah hukuman tersebut akan sulit diterima oleh conservative justice system.

Penulis: Giovani Yudha

Referensi

Esfandiari, G. (9 Juni 2020). Iran Passes Child-Protection Law Following Gruesome Killing of Teenager. Diambil dari https://www.rferl.org/a/iran-passes-child-protection-law-gruesome-killing-teenager-father/30660956.html

Fassihi, F. (9 Juni 2020). A Daughter Is Beheaded, and Iran Asks if Women Have a Right to Safety. Diambil dari https://www.nytimes.com/2020/06/07/world/middleeast/honor-killing-iran-women.html

Keshavarz, S. (2006). Honor Killing in Iran, a Legal Point of View, Yearbook of Islamic and Middle Eastern Law Online, 13(1), 87–96. doi: https://doi.org/10.1163/22112987-91000165

Vitoshka, D. Y. (2010). The Modern Face of Honor Killing: Factors, Legal Issues, and Policy Recommendations. Berkeley Undergraduate Journal, 22(2). Retrieved from https://escholarship.org/uc/item/401407hg

von Hein, S. (3 Juni 2020). Iran debates ‘honor killings’ after girl’s murder shocks country. Diambil dari https://www.dw.com/en/iran-debates-honor-killings-after-girls-murder-shocks-country/a-53664307

--

--

Ruang Diskusi
Ruang Diskusi

Written by Ruang Diskusi

Halo Kawan Diskusi, follow juga instagram kami ya https://instagram.com/ru.dis

No responses yet