Putus Nyambung Hubungan Korea
Beberapa waktu lalu, dunia kembali dikejutkan dengan tindakan yang dilakukan oleh Korea Utara. Pada Selasa lalu (16/6), Korea Utara menghancurkan Kantor Penghubung antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dibangun pada tahun 2018 lalu. Sebelum penghancuran ini dilakukan, Korea Utara telah berencana untuk menutup Kantor Penghubung sebagai bentuk ancaman terhadap Korea Selatan karena dianggap gagal mencegah aktivis Korea Selatan untuk mengirim selebaran-selebaran bernada anti-Korea Utara melewati perbatasan antarnegara. Setelah itu disusul pula oleh tindakan Kim Yo Jong, salah satu saudara perempuan Kim Jong Un, yang turut mengancam Korea Selatan melalui militernya serta mengatakan bahwa Kantor Penghubung tidak berguna dan akan dihancurkan.
Kantor Penghubung antar-Korea yang terletak di daerah Kaesong, dibangun sebagai salah satu hasil dari didakannya Inter-Korean Summit 2018. Melalui Inter-Korean Summit tersebut, menghasilkan sembilan poin kesepakatan antara kedua negara, yaitu:
1. Mengakhiri Perang Korea sejak gencatan senjata berakhirnya Perang Korea.
2. Denuklirisasi wilayah Semenanjung Korea.
3. Presiden Korea Selatan, Moon Jae In, akan mengunjungi Korea Utara pada musim gugur 2018.
4. Baik Korea Utara dan Korea Selatan sama-sama bersepakat untuk mengakhiri konflik di darat, laut, maupun udara.
5. Mulai 1 Mei 2018, kedua negara akan mengakhiri siaran propaganda.
6. Mendirikan Kantor Penghubung di kota perbatasan Kaesong, Korea Utara.
7. Mengadakan reuni bagi keluarga korban Perang Korea.
8. Mengaktifkan kembali jalur kereta api antarnegara.
9. Berpartisipasi bersama dalam Asian Games 2018.
Berikut merupakan gambar kantor Penghubung antar-Korea yang berada di daerah Kaesong sebelum dan sesudah dihancurkan:
Tindakan lebih lanjut dilakukan oleh Korea Utara yaitu dengan mengirim kembali tentara ke wilayah demiliterisasi di sepanjang perbatasan antar-Korea sebelumnya. Pernyataan tersebut juga disetujui oleh tentara Korea Utara yang memberikan dukungan dalam melakukan pengiriman selebaran melintasi perbatasan antar-Korea.
Seperti yang disampaikan oleh juru bicara North’s United Front Department (UFD) kepada Korean Central News Agency
We, clearly aware that leaflet scattering is the violation of the North-South agreement, do not have any intent to reconsider or change our plan at a time when the North-South relations have already been broken down.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pihak Pemerintah Korea Utara tidak memiliki niat untuk mengurungkan rencananya dalam mengirim selebaran anti-Korea Selatan.
Menanggapi pernyataan dari pihak Korea Utara, salah satu kelompok pembelot Korea Utara, Fighters for Free North Korea, mengatakan bahwa mereka berencana untuk menerbangkan selebaran anti-Pyongyang sebanyak satu juta ke Korea Utara pada hari kamis (25/6) atau bertepatan peringatan 70 tahun Perang Korea.
Sedangkan kelompok Keun Saem, sebelumnya mengatakan berencana untuk mengapungkan botol plastik berisi beras ke Korea Utara dalam menghadapi ancaman pembalasan dari Korea Utara.
Pekan lalu, Kementerian Unifikasi mengajukan pengaduan pidana dan meminta polisi agar memblokir aktivitas ujaran kebencian yang dilakukan oleh kelompok pembelot. Kembali, Kementerian Unifikasi menegaskan kelompok pembelot untuk menghentikan pengiriman selebaran anti-Pyongyang dan bahan-bahan lainnya, di tengah ketegangan lintas-perbatasan.
Pertemuan antara pemimpin Korea Selatan dan Korea Utara sangat jarang terjadi karena hubungan kedua negara yang telah lama memanas sejak Perang Korea berlangsung di tahun 1950–1953. Dapat dikatakan bahwa Inter-Korean Summit 2018 merupakan pertemuan pertama antara kedua pemimpin negara sejak 10 tahun terakhir. Bahkan, karena pertemuan itu pula, Kim Jong Un menjadi Presiden Korea Utara pertama yang menginjakkan kakinya di Korea Selatan. Nampaknya hal-hal ini dilihat sebagai langkah yang baik bagi terjalinnya hubungan kedua negara. Namun seiring tersebarnya selebaran anti-Pyongyang, lantas Pemerintah Korea Selatan dianggap tidak tegas dalam menangani selebaran propaganda tersebut. Ditambah Pemerintah Korea Utara melakukan penghancuran Kantor Penghubung yang kemudian memicu kembali ketegangan kedua Korea.
Referensi:
Firman, T. (30 April 2020). Bisakah Korea Selatan dan Korea Utara Berdamai? Diambil dari https://tirto.id/bisakah-korea-selatan-dan-korea-utara-berdamai-cJyc
Haas, B. (27 April 2018). Everything you need to know about the inter-Korean summit. Diambil dari https://www.theguardian.com/world/2018/apr/26/korean-summit-everything-you-need-to-know
Hotham, O. (20 Juni 2020). North Korea says 2018 accord with South “dead”, will go ahead with leaflet drops. Diambil dari https://www.nknews.org/2020/06/north-korea-says-2018-accord-with-south-dead-will-go-ahead-with-leaflet-drops/
Talmazan, Y. & Kim, S. (16 Juni 2020). North Korea demolishes inter-Korean liaison office near border amid growing tensions. Diambil dari https://www.nbcnews.com/news/world/north-korea-bombed-inter-korean-liaison-office-near-border-south-n1231143
Yonhap News Agency. (19 Juni 2020). (LEAD) Unification ministry reiterates vow to crack down on anti-Pyongyang leaflets. Diambil dari https://en.yna.co.kr/view/AEN20200619006251325?section=nk/nk
Yonhap News Agency. (20 Juni 2020). Defector group says will push ahead with plan to send anti-N.K leaflets. Diambil dari https://en.yna.co.kr/view/AEN20200620003000325