Uni Emirat Arab — Israel Resmi Berpasangan

Ruang Diskusi
7 min readAug 24, 2020

--

Apa kesepakatannya?

Uni Emirat Arab (UEA) secara resmi mengakui negara Israel dan Israel setuju untuk menghentikan rencananya mencaplok bagian Tepi Barat Palestina. Ini menjadi kesepakatan damai Israel-Arab ketiga sejak deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948, setelah Mesir menandatangani kesepakatan dengan Israel pada 1979, dan Yordania pada 1994.

Dalam beberapa minggu mendatang, delegasi dari Israel dan UEA akan bertemu untuk menandatangani kesepakatan bilateral mengenai investasi, pariwisata, penerbangan langsung, keamanan, telekomunikasi, teknologi, energi, perawatan kesehatan, budaya, lingkungan, pendirian kedutaan timbal balik, dan bidang saling menguntungkan lainnya.

Israel juga akan “menangguhkan deklarasi kedaulatan atas wilayah yang digariskan” dalam Visi Presiden Trump untuk Perdamaian antara Israel dan Palestina, di mana Ia mendukung rencana Israel untuk mencaplok permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Lembah Yordania yang strategis.

UEA dan Israel juga akan bergabung dengan AS untuk meluncurkan “Agenda Strategis untuk Timur Tengah” dengan ketiga pemimpin tersebut menyatakan bahwa mereka memiliki pandangan yang sama mengenai ancaman dan peluang di kawasan, serta komitmen bersama untuk mempromosikan stabilitas melalui keterlibatan diplomatik, peningkatan integrasi ekonomi, dan koordinasi keamanan yang lebih erat.

Kenapa Dilakukan Sekarang?

Israel dan Perdana Menterinya, Benjamin Netanyahu, telah mencetak kemenangan besar karena menangguhkan rencana mencaplok bagian Tepi Barat dengan imbalan normalisasi penuh hubungan dengan UEA. Dalam pidatonya, Perdana Menteri Israel, Netanyahu mengatakan dia telah menunda rencana aneksasi Tepi Barat. Namun, tidak berarti dengan kesepakatan ini Israel akan menghentikan rencananya tersebut, Israel masih memasukan rencana aneksasi ke dalam agenda negara. Aneksasi sendiri akan membuat beberapa wilayah Tepi Barat secara resmi menjadi bagian dari Israel.

Kesepakatan ini juga diyakini menjadi pengalihan isu Perdana Menteri Netanyahu yang diadili atas tuduhan korupsi dan penanganan buruk terhadap pandemi virus corona.

Tidak hanya itu, Netanyahu mengatakan Israel akan bekerja sama dengan UEA dalam mengembangkan vaksin virus corona, energi, air, pelestarian lingkungan, dan bidang lainnya. Duta Besar UEA untuk AS, Yousef Al Otaiba, mengatakan kesepakatan dengan Israel menjadi kemajuan signifikan dalam hubungan Arab-Israel. Faktor lainnya yang mendekatkan Israel dan negara-negara Arab adalah sikap antipati bersama terhadap nuklir Iran.

Reaksi Berbagai Pihak

Suara Kontra

  1. Iran

Iran mengecam keras normalisasi hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA). Iran mengatakan pembentukan hubungan diplomatik antara musuh bebuyutannya Israel dan Uni Emirat Arab seperti belati dengan UEA menyerang punggung rakyat Palestina dan semua masyarakat Muslim dan dianggap sebagai tindakan kebodohan. Menteri Luar Negeri Iran, Mohammed Javad Zarif mengecam kesepakatan tersebut, dan menyebutnya sebagai teater yang dibuat oleh AS.

2. Turki

Turki mengancam akan menangguhkan hubungan diplomatiknya dengan Uni Emirat Arab dan menarik utusannya sehari setelah UEA mengumumkan akan menjadi negara Arab ketiga yang menjalin hubungan penuh dengan Israel. Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan pernyataan yang mendukung Pemerintah Palestina, mengatakan tidak akan melupakan dan tidak memaafkan perilaku munafik Uni Emirat Arab dalam menyetujui kesepakatan dengan Israel.

3. Milisi Hizbullah Lebanon

Kepala milisi Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, mengecam kesepakatan itu sebagai pengkhianatan terhadap Palestina dan dianggap sebagai tikaman di belakang. Nasrallah mengatakan kesepakatan itu dilakukan sebagai bantuan kepada Presiden AS Donald Trump yang membutuhkan pencapaian menjelang pemilihan November. Perjanjian itu juga mendukung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang dianggap lemah saat ini.

Suara Pro

1. Amerika Serikat

Melalui akun twitternya, Presiden Trump menyebut kesepakatan antara Perdana Menteri Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan merupakan momen yang benar-benar bersejarah. Penasihat senior Trump Jared Kushner mengatakan bahwa Israel tidak akan bergerak maju dengan aneksasi apa pun sebelum membahasnya terlebih dahulu dengan AS. Kushner berharap akan melihat interaksi intensif antara Israel dan UEA.

2. Oman

Oman mengatakan bahwa pihaknya mendukung normalisasi hubungan antara tetangga Uni Emirat Arab dan Israel. Oman juga mengungkapkan harapan bahwa langkah itu akan membantu mencapai perdamaian Israel-Palestina yang langgeng.

3. Inggris

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyebut kesepakatan itu sebagai kabar yang sangat baik. “Saya sangat berharap bahwa aneksasi tidak berlanjut di Tepi Barat, dan kesepakatan hari ini untuk menangguhkan rencana tersebut adalah langkah yang disambut baik dalam perjalanan menuju Timur Tengah yang lebih damai,” ujar Boris.

Kenapa Bisa Menjadi Fokus Internasional?

UEA dan Israel pada dasarnya tidak pernah berperang satu sama lain atau memandang satu sama lain sebagai musuh tradisional. Namun, kesepakatan damai yang terjadi antara UEA dan Israel menjadi hal yang mengejutkan dan berpotensi menciptakan kegaduhan diantara negara-negara Arab karena Israel dan negara-negara Arab memiliki sejarah hubungan yang sangat tidak harmonis.

Ketegangan antara orang-orang Yahudi dan Arab di kawasan itu meningkat setelah tahun 1917, ketika Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour menyatakan bahwa pemerintah Inggris “berpihak pada pendirian “rumah nasional” bagi orang-orang Yahudi di Palestina, dan akan berupaya untuk mencapai tujuan tersebut. “ Setelah Perang Dunia pertama dan pecahnya kekaisaran Ottoman, Liga Bangsa-Bangsa memberikan “mandat” kepada Inggris untuk memerintah atas Palestina.

Ketegangan itu semakin pecah ketika Perang Arab-Israel 1948, dimana lima negara Arab menginvasi wilayah di bekas mandat Palestina, setelah pengumuman kemerdekaan negara Israel pada 14 Mei 1948. Amerika Serikat telah menawarkan pengakuan de facto atas Pemerintah Sementara Israel, tetapi selama perang, Amerika Serikat mempertahankan embargo senjata terhadap semua pihak yang berperang.

Pada tanggal 29 November 1947, Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi Resolusi 181 (juga dikenal sebagai Resolusi Pemisahan) yang akan membagi bekas mandat Inggris Raya menjadi negara-negara Yahudi dan Arab pada Mei 1948. Di bawah resolusi tersebut, wilayah yang memiliki makna keagamaan di sekitar Yerusalem akan tetap berada di bawah kendali internasional yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Orang-orang Arab Palestina menolak untuk mengakui pengaturan ini, yang mereka anggap menguntungkan bagi orang Yahudi dan tidak adil bagi penduduk Arab yang akan tetap berada di wilayah Yahudi di bawah partisi. Amerika Serikat mencari jalan tengah dengan mendukung resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi juga mendorong negosiasi antara orang Arab dan Yahudi di Timur Tengah.

Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa memicu konflik antara kelompok Yahudi dan Arab di Palestina. Pertempuran dimulai dengan serangan oleh kelompok-kelompok tidak teratur orang Arab Palestina yang terikat pada unit lokal Tentara Pembebasan Arab yang terdiri dari sukarelawan dari Palestina dan negara-negara Arab tetangga. Kelompok-kelompok ini melancarkan serangan terhadap kota, pemukiman, dan angkatan bersenjata Yahudi. Pasukan Yahudi terdiri dari Haganah, milisi bawah tanah komunitas Yahudi di Palestina, dan dua kelompok kecil yang tidak teratur, Irgun, dan LEHI. Tujuan orang-orang Arab pada awalnya untuk memblokir Resolusi Pemisahan dan untuk mencegah pendirian negara Yahudi. Orang Yahudi, sebaliknya berharap untuk mendapatkan kendali atas wilayah yang diberikan kepada mereka di bawah Rencana Pemisahan.

Setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada 14 Mei 1948, pertempuran diintensifkan dengan pasukan Arab lainnya bergabung dengan Arab Palestina dalam menyerang wilayah di bekas mandat Palestina. Pada malam tanggal 14 Mei, orang-orang Arab melancarkan serangan udara di Tel Aviv, yang dilawan Israel. Tindakan ini disusul dengan invasi bekas mandat Palestina oleh tentara Arab dari Lebanon, Suriah, Irak, dan Mesir. Arab Saudi mengirimkan formasi yang bertempur di bawah komando Mesir. Pasukan terlatih Inggris dari Transyordania akhirnya ikut campur dalam konflik tersebut,tetapi hanya di wilayah yang telah ditetapkan sebagai bagian dari negara Arab di bawah Rencana Pemisahan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan korpus separatum Yerusalem. Setelah pertempuran awal yang menegangkan, pasukan Israel, yang sekarang berada di bawah komando gabungan, dapat melakukan serangan.

Meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi perantara dua gencatan senjata selama konflik, pertempuran terus berlanjut hingga 1949. Israel dan negara-negara Arab tidak mencapai kesepakatan gencatan senjata resmi sampai Februari. Di bawah perjanjian terpisah antara Israel dan negara-negara tetangga Mesir, Lebanon, Transyordania, dan Suriah, negara-negara yang berbatasan ini menyetujui garis gencatan senjata resmi. Israel memperoleh beberapa wilayah yang sebelumnya diberikan kepada orang-orang Arab Palestina di bawah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1947. Mesir dan Yordania masing-masing memegang kendali atas Jalur Gaza dan Tepi Barat. Garis gencatan senjata ini berlangsung hingga 1967. Amerika Serikat tidak terlibat langsung dalam negosiasi gencatan senjata, tetapi berharap bahwa ketidakstabilan di Timur Tengah tidak mengganggu keseimbangan kekuatan internasional antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.

Sejarah panjang antara Israel dan negara-negara Arab menjadi alasan utama kenapa kesepakatan damai antara UEA dan Israel menjadi polemik diantara negara-negara Arab. Sejak menyatakan kemerdekaan, Israel hanya memiliki pengakuan dari dua negara Arab yaitu Mesir dan Yordania. Konflik antara Israel dan negara Arab terus terjadi sampai hari ini karena konflik yang masih terjadi di Palestina.

Dukungan negara-negara Arab terus diberikan kepada Palestina, sejalan dengan kecaman yang selalu ditujukan kepada Israel. Di pihak lain, negara-negara barat terus memberikan bantuan dan dukungan kepada Israel untuk dapat terlindung dari ancaman negara-negara Arab.

Referensi:

BBC. (2020, Agustus 13). Israel and UAE strike historic deal to normalise relations. Diambil dari BBC: https://www.bbc.com/news/world-middle-east-53770859

DW. (2020, Agustus 14). Iran, Turkey slam UAE over agreement with Israel. Diambil dari DW: https://www.dw.com/en/israel-uae-relations/a-54564050

Ehrenreich, B. (2016, Agustus 16). The Arab-Israeli conflict in 10 points. Diambil dari The Irish Time: https://www.irishtimes.com/culture/books/the-arab-israeli-conflict-in-10-points-1.2754159

Holmes, O. (2020, Agustus 14). Turkey threatens to suspend UAE ties over deal with Israel. Diambil dari The Guardian: https://www.theguardian.com/world/2020/aug/14/iran-and-turkey-denounce-uae-over-deal-with-israel

Johny, S. (2020, Agustus 14). The Hindu Explains: Why has UAE signed a peace deal with Israel? Diambil dari The Hindu: https://www.thehindu.com/news/international/why-has-uae-signed-a-peace-deal-with-israel/article32352376.ece

Saab, B. (2020, Agustus 13). In Historic Deal With the UAE, Israel Is the Biggest Winner. Diambil dari Foreign Policy: https://foreignpolicy.com/2020/08/13/in-historic-deal-with-the-uae-israel-is-the-biggest-winner/

Time of Israel. (2020, Agustus 14). Oman, also enjoying warming ties with Israel, backs Israel-UAE normalization. Diambil dari Time of Israel: https://www.timesofisrael.com/oman-also-enjoying-warming-ties-with-israel-backs-israel-uae-normalization/

The Arab-Israeli War of 1948 diakses melalui https://history.state.gov/milestones/1945-1952/arab-israeli-war

--

--

Ruang Diskusi
Ruang Diskusi

Written by Ruang Diskusi

Halo Kawan Diskusi, follow juga instagram kami ya https://instagram.com/ru.dis

No responses yet